[ISIGOOD.COM] Beberapa waktu yang lalu, seorang teman karib mampir ke
ruangan kantor saya. Di sela-sela agenda mudik pulang kampung halaman,
dia sengaja menyempatkan diri mampir untuk bernostalgia dan makan siang
siang bersama di kantin kampus.
Saat ini dia tinggal di Negeri Matahari Terbit, tepatnya di Tokyo.
Dia bekerja di sebuah perusahaan milik pemerintah (mirip BUMN), yaitu
JQA (Japan Quality Assurance), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
peneraan dan kalibrasi mesin-mesin di industri.
Yap, kesempatan itu langsung saja saya manfaatkan untuk menggali
situasi dan kondisi terkini di Jepang. Peluang apa saja yang bisa
dimanfaatkan generasi muda bangsa Indonesia untuk ‘menyerbu’ Negeri
Sakura tersebut? Karena, inilah saatnya kita memulai, Indonesia
menguasai dunia.
Dari obrolan ringan antara dua orang teman karib, beranjak ke penggalian lebih dalam tentang:
Peluang kerja di Jepang!
Bagaimana kondisi Jepang yang saat ini semakin tergerogoti jumlah
angkatan kerjanya, akibat turunnya angka pernikahan dan angka kelahiran
bayi secara drastis? Ternyata mereka begitu membutuhkan kehadiran tenaga
kerja profesional dari negara lain.
Kondisi ini disebabkan karena orang Jepang semakin banyak yang
memilih tidak menikah, alias lebih memilih hidup sendiri. Atau bila
menikah, mereka memilih tidak memiliki anak, atau cukup satu anak,
karena pertimbangan biaya hidup dan biaya pendidikan anak di Jepang yang
relatif mahal. Di sisi lain, angka/umur harapan hidup orang Jepang
semakin tinggi. Artinya, saat ini Jepang makin dipenuhi oleh orang
berumur diatas 50 tahun. Bahkan generasi tua Jepang dengan umur diatas
60 tahun juga masih memiliki tingkat kesehatan yang prima.

Saking getolnya dan mendambakan kelahiran bayi, Pemerintah Jepang
saat ini begitu mendorong pasangan suami-istri di Jepang untuk memiliki
anak lebih banyak (menambah jumlah anak). Oleh karena itu, setiap anak
yang dilahirkan akan mendapatkan subsidi per bulan dari Pemerintah
berupa uang sebesar kira-kira Rp.1,5 juta, kalau tidak salah sampai
dengan mereka lulus SMP. Dalam Bahasa Jepang, subsidi ini dinamakan
“Kodomo Teate”. Ditambah lagi, setiap proses persalinan/kelahiran bayi
akan mendapatkan bantuan kira-kira sebesar Rp.20 juta per kelahiran.
Satu fakta tambahan, menurut kesaksian beberapa teman orang Jepang,
mereka merasakan semangat anak muda Jepang untuk belajar, sampai dengan
kuliah setinggi-tingginya tidak lagi sebesar zaman dulu.
Jadi wajar, bila terjadi ketimpangan struktur tenaga kerja di Jepang.
Orang-orang muda di Jepang terkadang merasakan hal yang ganjil di hati
mereka. Yaitu mereka sedang bekerja untuk menyediakan dana pensiun
senior mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding angkatan
kerjanya.
Menurut teman saya, saat ini terdapat belasan ribu tenaga
kerja Indonesia berada di Jepang. Dan itu masih belum cukup! Jepang
benar-benar membutuhkan tenaga kerja asing yang cocok dengan karakter
budaya dan kondisi Jepang.
Secara garis besar, teman saya mengklasifikasikan beberapa jenis tenaga kerja yang dibutuhkan di Jepang sebagai berikut?
1. Mengasuh orang tua
2. Perawat di rumah sakit
3. Tenaga kerja teknis di pabrik/industri
4. Tenaga kerja manajerial
Penjelasan untuk No.1 dan No.2, dibutuhkan MoU khusus antara
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang, dan kuotanya bisa
dibilang tidak terbatas. Sekali lagi, tidak terbatas! Namun saya tidak
membahasnya khusus pada artikel ini. Semoga pada kesempatan lain saya
bisa bertemu dengan rekan saya – seorang dokter dari jurusan Keperawatan
UGM – yang selama ini aktif pada kerjasama, pelatihan dan pengiriman
perawat ke Jepang.
Penjelasan untuk No.3, silakan langsung telusuri website ini http://www.imm.or.jp/in/, dan berikut saya petikan sekilas konten website tersebut.
“IM Japan” adalah singkatan dari (Yayasan) International Manpower Development Organization, Japan.
Tujuan program adalah pembinaan sumber daya manusia, serta pertukaran
tenaga teknik, terampil dalam menghadapi internasionalisasi perusahaan
kecil dan menengah dengan tujuan mengembangkan perusahaan kecil dan
menengah Jepang serta ikut berperan dalam masyarakat internasional.
Para trainee pelatihan dan ketrampilan IM Japan yang telah diseleksi
oleh pemerintah Indonesia dan dilatih pula selama 4 bulan, adalah
pemuda-pemuda yang berdisiplin tinggi, bersemangat dan sehat, sehingga
perusahaan yang menerima mereka akan sangat gembira.

Trainee adalah pemuda yang memiliki riwayat pendidikan lulusan SLTA
ke atas dan berusia 20 tahunan. Karena pemerintah Indonesia menyeleksi
sumber daya manusia yang unggul yang mampu menyelesaikan pelatihan dan
keterampilan secara cemerlang selama 3 tahun di Jepang, maka diterapkan
berbagai tes sebagai berikut.
Psikotes :dilakukan tes tertulis mengenai kemampuan pengetahuan dasar, semangat mandiri, selayakan untuk pelatihan dan lain sebagainya.
Pemeriksaan fisik dan Tes Fisik :Syaratnya lari marathon jarak 3 km dalam waktu 15 menit, melakukan push-up lebih dari 35 kali, sit -up lebih dari 25 kali,
Wawancara :Dibobotkan pada tujuan ikut serta
pelatihan, pengetahuan tentang Jepang, gairah terhadap pelatihan,
rencana setelah kembali ke tanah air dan lain sebagainya
Pemeriksaan Kesehatan oleh rumah sakit / laboratorium
: Diadakan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh anggota, dan bila
ternyata mengidap penyakit sehingga tidak mampu melanjutkan pelatihan,
maka dinyatakan tidak lulus.
Pelatihan: Sebelumnya di Indonesia agar para trainee tidak mengalami
kesulitan selama pelatihan dan keterampilan serta kehidupan sehari-hari
setelah masuk ke Jepang, diadakan pelatihan khusus bahasa Jepang, adat
kebiasaan Jepang, pendidikan jasmani, disiplin dan lain sebagainya
selama 1 bulan di daerah dan 3 bulan di pusat pelatihan di Indonesia.
Pelatihan kursus gabungan di Pusat Pelatihan IM Japan. Setelah masuk
ke Jepang, diselenggarakan pelatihan kursus selama 4 minggu di Pusat
Pelatihan IM Japan, serta menyimpulkan pelatihan sebelumnya di Indonesia
Menggali pengalaman teman, tentang Peluang No.4
Nah, untuk No.4, berikut ini sekelumit cerita yang bisa saya gali sedalam-dalamnya dari teman saya tersebut.
Dia merasa sangat senang bisa bekerja di Jepang. Budaya kerja di
Jepang membuatnya merasa sangat tertantang untuk menampilkan performa
yang terbaik. Hak dan kewajiban pegawai sangat dijunjung tinggi di sana.
Iseng-iseng saja, saya kemudian mulai bertanya-tanya soal gaji dan
pendapatan di Jepang.
Bagaimana sih struktur penggajian di Jepang untuk menghargai kompetensi dan kinerja para pegawainya?
– Lulusan
D3 = JPY 170.000/bulan, atau sekitar
Rp. 19 Juta/bulan
– Lulusan
S1 = JPY 190.000/bulan, atau sekitar
Rp. 22 Juta/bulan
– Lulusan
S2 = JPY 190.000/bulan + JPY 20.000 = JPY 210.000, atau sekitar
Rp. 25 Juta/bulan
Gaji awalnya saja sudah segitu, bagaimana kalau karirnya melesat
pesat di masa depan? Ternyata kuncinya bukan IPK, dan sekedar
ketrampilan teknis, namun karakter personal, kemampuan berkomunikasi,
dan team work!
Simak artikel ini:
Wahai Para Pengejar IPK Tinggi
Itu belum semua loh! Selain gaji pokok, masih ditambah ALLOWANCE bulanan, yang besarnya tergantung level industrinya.
– Industri kecil = JPY 20.000
– Industri menengah = JPY 50.000 s/d JPY 70.000
– Industri besar = JPY 90.000 (misalnya Mitsubishi Souji)
Dan masih ada lagi … biasanya masih mendapatkan bonus di akhir tahun
sebesar 2x sampai dengan 4x gaji pokok bulanan. Kalau dulu ketika
situasi ekonomi masih bagus banget, bonus tahunan bisa mencapai 10x gaji
pokok.
Tentang Pajak?
Semua orang yang tinggal di Jepang, tak terkecuali warga negara
asing, wajib membayar pajak. Teman saya membayar pajak per bulannya
sekitar 5-10% dari penghasilan.
Tips konkret ‘How TO’ step by step
Untuk menembus bisa ke Jepang dengan pekerjaan yang bonafit, memang
tidak terjadi dengan seketika. Inilah tips dan trik untuk mewujudkannya.
1. Punya kemampuan
Bahasa Jepang (Level N2), caranya
bagaimana? Start learning from now!! Bahasa Jepang memang tidak mudah,
tapi tak ada yang sulit kalau kita betul-betul serius dan tekun. Dan
lakukan dengan penuh perasaan enjoy.
2.
Bahasa Inggris, juga dibutuhkan! Kira-kira selevel TOEIC
650-an. Mereka lebih prefer TOEIC ketimbang TOEFL. Sebagai ilustrasinya,
TOEIC 650-an kira-kira setara TOEFL 500-an.
3. Pertahankan
IPK minimal di atas 3,00, meski 2,75 masih dipertimbangkan.
4.
Rajin-rajin latihan wawancara. Tidak hanya cara
menjawabnya, tapi juga bagaimana latihan bersikap dalam keseharian
professional ala Jepang. Namun wawancara bisa juga melalui telepon
5. Ingat, kalau di Jepang, mencari kerja jangan menunggu kalau sudah lulus!
Tapi setahun sebelum lulus sudah mendaftarkan diri. Ingat!
inilah budaya di Jepang. Setahun sebelum lulus, mahasiswa di Jepang
sudah aktif mencari pekerjaan. Perusahaanpun juga menetapkan syarat
serupa, setahun sebelum lulus mereka sudah akan mengikat perjanjian
dengan calon pegawai mereka yang masih berstatus mahasiswa.
6.
Buka website-website yang terkait dengan lowongan kerja di Jepang, misalnya
http://www.pasona-global.com/english/.
Register-lah dan daftarkan diri kamu, serta masukkan data diri kamu.
Mereka akan menampung data diri kamu, lalu akan menawarkan kepada
perusahaan-perusahaan yang mencari tenaga kerja yang sesuai dengan
background kamu. Perusahaan yang didapatkan akan merasa lebih yakin dan
secure apabila Pasona Global betul-betul merekomendasikan kamu untuk
berlanjut ke tahap wawancara.
Nah, sudah tahu enaknya jadi professional muda di Negeri Matahari
Terbit, dan sudah tahu pula tantangan-tantangan apa yang menghadang!!
Tapi yang lebih penting adalah, sudah tahu strategi untuk mengalahkan
tantangan tersebut. Silahkan lanjutkan perjuangan … Semoga sukses,
dimanapun kamu berada.
Simak pula artikel ini untuk menambah informasi yang sekiranya akan mendukung dan menebalkan keyakinan kamu:
Lulus Kuliah Kerja ke Jepang, Jadi TKI Profesional, Mau?